Kamis, 07 Juli 2011

contoh pemimpin sejati dlm mengatasi masuk nya narkoba

Peran Besar Iran Memberantas Narkotika
Tanggal 26 Juni ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Hari Anti Narkotika Sedunia. Juni 1987 digelar konferensi internasional anti narkotika di Wina demi menunjukkan tekad kuat bangsa dunia memerangi fenomena penyebaran dan dampak obat-obatan terlarang. Di konferensi tersebut para peserta menandatangani dokumen CMO. Dokumen ini menjadi acuan serta menentukan langkah-langkah pencegahan dan kontrol narkotika. Negara peserta juga diwajibkan mengikuti secara serius kebijakan dunia internasional memerangi narkotika. Konferensi di Wina, dokumen itu disusun atas empat pasal dan memiliki lebih dari 35 langkah praktis dalam agenda kerjanya. Dokumen ini memiliki sejumlah agenda kerja seperti kajian atas tingkat konsumsi narkotika, upaya pencegahan kecanduan narkotika lewat pendidikan, peran media dalam memulihkan pencandu dan mekanisme rehabilitasi, pemusnahan ladang ganja, penghancuran sindikat penyelundup narkotika, kerjasama antar negara serta sejumlah agenda lainnya.
Dokumen ini ditetapkan pada 26 Juni 1987 di Wina dan ditandatangani negara peserta konferensi. Dengan demikian tanggal penetapan dokumen ini diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Anti Narkotika Sedunia. Setelah lewat beberapa tahun dari kesepakatan memberantas penyebaran narkotika, hingga saat ini obat-obatan terlarang ini masih menjadi kendala serius dunia internasional. Kesepakatan tersebut juga masih belum mampu menghapus total narkotika.
Perang lintas batas mungkin dapat membantu kita memahami betapa besar upaya yang telah dilakukan dunia internasional untuk memberantas penyebaran narkotika dan perdagangan yang menguntungkan ini. Perang di bidang ini terus dilancarkan baik di sektor politik, ekonomi, sosial dan budaya serta telah menelan biaya besar-besaran. Perang anti narkotika sangat komplek. Seluruh negara dunia terlibat dalam kasus perang anti narkotika. Ada sejumlah negara memiliki andil dalam penyebaran dan produksi obat-obatan terlarang. Sejumlah lainnya, secara sembunyi-sembunyi malah membantu sindikat penyelundupan narkotika dan menolak melarang perdagangan barang haram ini diitingkat dunia.
Di sini, peran dan kontribusi Republik Islam Iran sangat besar dan dunia internasional pun mengakui. Kementerian Dalam Negeri Iran meminta masyarakat internasional untuk menopang upaya-upaya anti-narkotika dan membantu Republik Islam Iran dalam memerangi perdagangan narkotika lokal.
Pejabat dari Pusat Pengawasan Narkotika Iran bertemu dengan perwakilan dari misi diplomatik, Grup Mini-Dublin dan Badan PBB urusan Kriminal dan Narkotika (UNODC) pada hari Rabu (1/6) di ibukota Iran, Tehran.
"Republik Islam Iran telah membayar dengan harga mahal dalam memerangi perdagangan narkotika. Kami telah menghabiskan lebih dari 700 juta dolar untuk membentengi perbatasan Iran," kata Menteri Dalam Negeri Iran Mostafa Mohammad-Najjar. Sejauh ini, 3.600 pasukan keamanan Iran tewas dalam pertempuran dengan pengedar narkotika di dekat perbatasan dan banyak lainnya terluka, tambahnya.
Iran memiliki hampir 900 kilometer garis perbatasan pegunungan dengan Afghanistan, yang memproduksi 92 persen opium dunia. Dengan demikian, Iran dijadikan jalur transit utama narkotika Afghanistan ke negara-negara Eropa. Menurut statistik PBB, Republik Islam Iran menempati urutan pertama di dunia dalam memerangi perdagangan narkotika.
Duta Besar Jerman untuk Tehran, Bernd Erbel yang menghadiri pertemuan itu mengatakan, Grup Mini-Dublin dibentuk untuk berkontribusi dalam pertempuran anti-narkotika mulai dari Iran dan negara-negara lain di kawasan ini. Ia menambahkan, "Kami sadar bahwa kami perlu melakukan lebih dari apa yang telah kita lakukan sampai saat ini."
"Salah satu alasan pertemuan ini adalah untuk mengetahui bagaimana kami dapat lebih berkontribusi. Kami telah memulai dialog dan dialog ini akan berlanjut. Kami lebih berkonsentrasi pada kontribusi nyata, yang bisa meningkatkan upaya Iran dalam perang anti-narkotika," tambah Erbel.
Antonino de Leo, perwakilan UNODC mengatakan, ada kebutuhan bagi masyarakat internasional untuk mengakui upaya Iran dan hasil yang dicapai negara ini dalam memerangi narkotika.
De Leo menyatakan harapan bahwa perundingan, yang akan berlanjut dalam beberapa pekan dan bulan mendatang, akan membawa hasil maksimal dan masyarakat internasional perlu lebih menghargai upaya Iran dalam memerangi perdagangan obat terlarang.
Kolombia menerima lebih dari 620 juta dolar bantuan asing hanya pada tahun 2010. Amerika Serikat menyumbang 260 juta dolar dan Uni Eropa menyumbang 81 juta dolar untuk memerangi perdagangan obat bius ilegal, sementara Iran sendirian dalam kebanyakan perang melawan perdagangan barang haram itu.
Sementara itu, Komite Internasional Pemberantasan Narkotika yang merupakan salah satu lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memuji upaya dan keseriusan Republik Islam selama ini dalam memerangi perdagangan narkotika. Hamid Quds, Direktur Komite Internasional Pemberantasan Narkotika dalam sidang membahas laporan PBB di London menyebutkan keseriusan Iran dalam memerangi penyelundupan narkotika. Hamid Quds mengatakan, badan-badan PBB termasuk Komite Pemberantasan Narkotika sudah berkali-kali mengapresiasi upaya Iran dalam melawan perdagangan haram ini.
Dalam sidang itu, disinggung pula koordinasi Iran dengan Pakistan, Afghanistan dan Qatar dalam upaya memerangi narkotika. Sebagai negara yang memiliki garis perbatasan yang panjang dengan Afghanistan, Iran memang menjadi transit penyelundupan barang-barang haram yang diproduksi di Afghanistan.
Upaya Iran memerangi perdagangan narkotika telah dibuktikan dengan mempersembahkan lebih dari 3000 syuhada dari tentara dan polisi dalam pertempuran melawan para penyendup. Jumlah syuhada sebesar itu adalah dalam rangka mencegah masuknya narkotika dari Afghanistan ke Eropa melalui Iran. Karena itu, tak berlebihan jika pemerintah Iran mengharapkan lembaga-lembaga dunia terutama Eropa untuk ikut membantu Tehran dalam perang melawan narkotika. Berdasarkan laporan resmi, 90 persen heroin yang ditemukan di Eropa berasal dari Afghanistan. Menurut Profesor Quds, Inggris adalah negara pusat penyebaran obat-obatan terlarang di Eropa. Ini berarti bahwa barang-barang haram itu setelah tiba di Inggris disebar ke berbagai negara Eropa lainnya.
Laporan PBB menyebutkan bahwa produksi opium di Afghanistan dan negara-negara sekitarnya menurun hampir setengahnya di tahun 2010 dibanding produksi tahun 2009. Namun hal ini bukan berarti penurunan produksi heroin. Sebab, gudang-gudang masih menyimpan cadangan opium yang menjadi bahan dasar pembuatan heroin dalam jumlah besar. Dari sisi lain, harga tinggi barang haram ini semakin meningkatkan jumlah petani di Afghanistan untuk menanam opium.
Selain opium, heroin dan bahan-bahan narkotika lainnya yang sudah dikenal sejak lama, muncul fenomena baru dengan semakin maraknya bahan narkotika industri yang dibuat dengan cara-cara modern. Barang-barang haram ini lebih cepat dibuat dan lebih mudah diselundupkan dengan cara mengubah bentuk molekulernya. Di Eropa tercatat 16 macam bahan narkotika industri yang sedang diteliti sementara bahan-bahan itu di Jepang tercatat sebanyak 51 macam.
Narkotika dan obat bius menimbulkan dampak yang buruk pada kesehatan fisik, kejiwaan dan moral. Laporan resmi PBB mengungkapkan bahwa fenomena buruk ini semakin hari semakin menjamur di berbagai belahan dunia. Karenanya, semua negara diharap bisa bekerjasama untuk memerangi perdagangan narkotika.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar